Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nilai KeBhinekaan dalam Pembelajaran Bahasa Jawa




Siji…loro…telu…

Astane sendeku,
Mirengake pak guru menawa didangu
 
Itulah salah satu bait penggalan dari syair lagu yang terdengar dari sebuah kelas yang dipergunakan oleh guru pada waktu mengawali pembelajaran bahasa Jawa di sebuah lembaga diutara kota Lumajang yang mayoritas penduduknya orang Madura.Sekilas terdengar janggal, cengkok dan intonasi suara amat jauh berbeda dengan guru yang mengajar, namun hal ini harus tetap dilaksanakan.Disamping karena tuntutan Kurikulum Muatan Lokal,ini juga merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi guru yang peduli dan dalam situasi dan kondisi apapun semua mata pelajaran tidak boleh dianaktirikan.

Selain itu, sebenarnya ada kemiripan antara bahasa Jawa dengan bahasa Madura ditinjau dari berbagai segi,diantaranya tentang penataan kasta bahasa seperti rincian berikut :
1.   Bahasa ngoko identik dengan bahasa enjek-iyeh yang digunakan sebagai bahasa komunikasi antar seusia
2.   Bahasa ngoko alus juga mirip dengan bahasa enggi-enten sebagai bahasa komunikasi antara yang muda dengan yang tua
3.   Bahasa karma inggil dalam bahasa Madura ada enggi-bunten sebagai bahasa komunikasi antara usia muda dengan orang lain yang lebih dihormati

Walaupun demikian,dalam proses pembelajaran bahasa Jawa ini tidak serta-merta langsung berjalan dengan mulus. Pada mulanya agak kesulitan dalam menyampaikan materi, itu semua karena memang bukan bahasa mereka sendiri dan waktu penyampaiannya pun sangat singkat,yaitu hanya 2 jam pelajaran per minggu. Seperti ketika kita mengajarkan bahasa Inggris kepada siswa kita, sudah pasti “medoknya” akan jelas terlihat.Benar apa yang diungkapkan Gilbert K. Chesterton bahwa, "Pendidikan adalah periode dimana kau diajar oleh orang yang tak dikenal, juga tentang sesuatu yang tak ingin kau kenali."



Bisa dibayangkan seorang guru mengajar bahasa Jawa kepada anak orang Jawa susahnya bukan main, apalagi ini kepada anak Madura. Disamping motivasi keluarga kurang begitu suka dengan pembelajaran ini, juga karena kemajuan zaman bisa dikatakan banyak berpengaruh pada proses kehidupan sang anak. Akan tetapi dengan beberapa penyajian yang menarik apalagi didukung perangkat IT misalnya MP3 lagu dolanan, serta beberapa software kawruh basa, pembelajaran mulai dari suku kata hingga tulisan aksara Jawa dapat sedikit mudah diterima anak-anak.

Penanaman Kembali Konsep Keberagaman
Semua orang sudah maklum suku Madura terkenal dengan tipikal kerasnya, namun banyak hal positif juga dari beberapa sifat mereka. Biasanya mereka sangatlah menghargai dan santun pada sosok seorang guru terutama guru agama, sehingga jangan heran bila sampai sekarang belum ada upaya wali murid untuk menolak pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa bagi putra-putrinya,walaupun itu bukan bahasa mereka sehari-hari.

Jadi, dengan pembelajaran ini, bisa dilakukan proses penanaman kembali konsep keberagaman yang mulai luntur digerus perkembangan jaman. Semangat sumpah pemuda bisa kita gali mulai saat ini. Bukan hanya kepada siswa saja, namun masyarakat sekitar sekolah juga terkena imbasnya.
Antusias wali murid dalam mendengarkan guru mengajar bahasa Jawa dari luar kelas

Disamping itu pula, ada suatu hal penting yang dapat ditanamkan dan tidak ada apa-apanya bila dibandingan dengan perolehan nilai prestasi siswa. Dengan pembelajaran bahasa Jawa yang seperti ini, hubungan komunikasi orang tua dan anak dapat terjalin erat lewat belajar bersama. Hal ini disebabkan karena pembelajaran bahasa Jawa merupakan hal baru dan bertolak belakang dengan kebiasaannya. Anak bisa belajar dari pengetahuan orang tua sebaliknya orang tua bertambah ilmunya dari pengalaman anak.

Wajar bila suatu hari mantan murid penulis pernah bercerita, bahwa dengan adanya pelajaran bahasa Jawa yang pada mulanya dibencinya setengahmati, justru memberikan motivasi mereka untuk terus mencoba dan mempelajari hal-hal yang baru yang belum dikenali. Hal ini terus mewarnai perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari, sekalipun penulis sudah tidak bersama mereka lagi. Sejenak penulis teringat ungkapan Elbert Hubbard yang pernah berkata, "Tujuan mengajar adalah agar siswa bisa terus berkarya tanpa hadirnya seorang guru."

Untuk itu, kita jangan ragu dengan apa yang kita lakukan pada anak didik. Bila itu dilakukan dengan ikhlas pasti akan memberikan inspirasi pada kehidupan mereka, walaupun itu Cuma hal yang sepele.(@IndoINT)

Sumber https://www.kangmartho.com/

Posting Komentar untuk "Nilai KeBhinekaan dalam Pembelajaran Bahasa Jawa"