Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Biologi Serbuk Sari (Polen)

Serbuk sari adalah bagian kelamin jantan. Serbuk sari biasanya berupa butiran dalam keadaan dikeringkan dan kelembabannya kurang dari 20%. Pada saat perkecambahan, serbuk sari menjadi 2 macam sel, ada suatu sel vegetatif besar yang menutupi sel generatif, atau dapat pula menjadi 3 sel, terdiri dari suatu sel vegetatif dan 2 sel sperma yang dibentuk melalui pembelahan sel generatif Ukuran dan bentuk serbuk sari bervariasi. Walaupun kebanyakan serbuk sari itu bulat, pada beberapa Angiosperrma laut seperti Amphibolis dan Zostera, berbentuk seperti rambut (sampai 5 cm). 

Gambar 1. Anatomi serbuk sari (polen)

Dinding serbuk sari tersusun atas 2 lapis: lapisan luar "Eksin" yang resisten terhadap asetolisis dan tersusun atas sporopollenin dan intin. Lapisan sebelah dalam bersifat pectosellulosic (tersusun atas pektin dan selulosa). Ada satu hal yang menonjol pada struktur serbuk sari, yakni adanya ornamentasi dinding yang dibentuk oleh bagian luar dari eksin. Biologi serbuk sari meliputi pengertian yang menyeluruh tentang aspek-aspek struktural dan fungsional serbuk sari. 

Gambar 2. Ornamentasi berbagai macam serbuk sari.

Fungsi utama benang sari yakni memunculkan gamet jantan pada kantung embrio untuk fertilisasi dan untuk kelanjutan perkembangan biji dan buah. Fungsi tersebut tergantung pada kesuksesan keseluruhan sejumlah kejadian-kejadian yang berurutan. Berikut ini merupakan peristiwa-peristiwa utama dalam biologi benang sari:
  1. Perkembangan benang sari 
  2. Fase penyebaran bebas 
  3. Polinasi atau penyerbukan 
  4. Interaksi benang sari-putik 
  5. Fertilisasi atau pembuahan 
Serbuk sari berkembang di dalam kepala sari (antera) dan penyebarannya menggunakan kekuatan yang berasal dari kepala sari. Setelah tersebar, serbuk sari tetap sebagai unit-unit fungsional yang bebas dan didedah pada kondisi lingkungan biasa selama periode yang bervariasi. Kualitas serbuk sari terutama viabilitas dan kemampuannya tergantung pada periode dan keragamn lingkungan, hal ini mungkin mempengaruhi fase prepolinasi (sebelum penyerbukan). Selanjutnya, serbuk sari akan menempel pada kepala putik/stigma (terjadi penyerbukan) melalui agen atau pembawa baik bersifat biotik maupun abiotik.

Tumbuhan berevolusi dengan cara yang sangat beragam dan beradaptasi agar mengalami penyerbukan. Penyerbukan adalah peristiwa kritis dan berperan utama dalam produktivitas tanaman pertanian. Pada alhir-akhir ini, kemungkinan untuk menangani rekayasa gen dari tanaman pertanian sampai spesies lainnya iuga telah meningkatkan minat dalam studi biologi penyerbukan.

Jika suatu penyerbukan berhasil, maka butir atau serbuk sari berkecambah di dalam kepala putik dan menghasilkan tabung kecambah yang tumbuh melalui jaringan pada kepala putik dan tangkai putik, yang akhirmya masuk ke kantung embrio. Proses dari penyerbukan sampai masuknya tabung serbuk sari sampai ke dalam kantung embrio dinyatakan sebagai interaksi benang sari putik atau fase progamik. Fase tersebut memainkan peranan penting dalam menentukan metode persilangan suatu spesies atau populasi.

Selama interaksi benang sari-putik. benang sari diseleksi kualitas dan kecocokannya. Serbuk sari sebagai suatu generasi gametofit. Sebagian gen-gen diekspresikan selana proses perkembangan benang sari maupun selama fase setelah pekecambahan benang sari. Studi mengenai ekspresi gen-gen tersebut penting untuk penerapan seleksi serbuk sari, untuk teknologi Rekombinan DNA dan untuk industri embrio serbuk sari. Hal lain yang dibahas dalam biologi serbuk sari, yakni hal-hal yang terkait langsung dengan fungsi serbuk sari, bahasan lain yang sama pentingnya meliputi kaitannya dengan taksonomi dan filogeni, palinologi fosil, aeropalinologi, alergi serbuk sari, dan penggunaan serbuk sari untuk menganalisis pengaruh kimia ekotosik. 

Referensi:
Shivana, K. R. & V. K. Sawhney. 1997. Pollen Biotechnology for Crop Production and Improvement.


Sumber https://www.generasibiologi.com/

Posting Komentar untuk "Biologi Serbuk Sari (Polen)"