Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jalan ke Madinah 4 : Perjuangan Bertahan Hidup di Lombok

بسم الله الرحمن الرحيم


Kami pun naik ke lantai atas. Di lantai atas kami mendapati sebuah ruangan yang cukup luas, ukurannya kira-kira 14 m x 8 m. Di ruangan yang sepertinya bekas aula ini kami hanya diberi karpet yang tidak begitu tipis dan tidak juga tebal, tanpa kasur, tanpa bantal dan guling tentunya. Upss ada sebuah tas di ruangan ini, berarti ada orang lain yang datang lebih dahulu daripada kami berdua.

aku dan temanku pun turun lagi ke lantai 1 menuju kamar mandi untuk bergantian mandi (iyalah, masa bareng -_-) lalu sholat. Yah paling tidak ada kamar mandi khusus itulah enaknya tinggal berbeda dari peserta dauroh lainnya. Setelah sholat kalau tidak salah (udah 2 tahun bro lupa-lupa inget) kami membaca Al-Qur'an masing-masing, memuroja'ah hafalan Qur'an sebagai modal ketika muqobalah nantinya.

Tak lama kemudian si pemilik tas itu datang. Anda tau dia siapa? O.. M.. G.. Ternyata dia adalah satria baja hitam haha :D Kami pun saling berkenalan. Ternyata asalnya dari Kalimantan Selatan. Dia alumni pondok pesantren bilingual dan baru selesai pengabdian. Dia pun menjelaskan kepada aku dan temanku bahwa hanya peserta dauroh saja yang mendapat konsumsi dari panitia, yang daftar muqobalah saja tidak dapat. Oooh No... Kalau ibuku tau mungkin beliau akan menangis melihatku tidur hanya beralaskan karpet, tanpa kasur, bantal, dan guling + nggak dikasih makan lagi -_-

Kami bertiga pun terpaksa harus cari makan di luar komplek pesantren. Capek bolak-balik jalan akhirnya diputuskan untuk makan Nasi Goreng di Warung Lamongan. Setelah makan, kami cukup kaget ketika mau bayar karena harga satu porsinya cukup mahal, gak semurah di Malang. Huh..

Keesokan subuhnya Sabtu, 15 Juni 2013 turun ke kamar mandi. Wow airnya nggak jalan bro. Kamipun segera keliling pondok cari air untuk wudhu, untungnya nemu sebelum terbit matahari. Pagi itu kami mengikuti pelajaran-pelajaran dauroh yang disampaikan oleh para Masyaikh Dosen Universitas Islam Madinah (UIM). Adapun materi dauroh yang sempat kami ikuti (seingat ana lho) adalah nahwu-shorf, aqidah, hadits, dan siroh nabawi. Saat mengikuti dauroh itu kami juga sempat melihat peserta yang nampak dekat dengan Syaikh, kami perkirakan tahun depan dia pasti diterima di Madinah.

Hari ini mulai banyak peserta lain yang berdatangan, ada yang dari Surabaya, Jember, bahkan dari Timor Leste. Wal hasil ruangan sederhana itupun mulai ramai dan stop-kontak listrik pun mulai diperebutkan untuk nge-cash handphone, karena pada nggak bawa terminal listrik.

Ujian Allah pun berdatangan; mulai dari beli makan mahal lauknya cuma tulang ayam + sedikit daging yang nempel di tulang itu, pedas lagi. Kemudian laptop yang di dalamnya ada Software Maktabah Syamilah mati karena habis baterai, flashdisk hilang, beli cardreader rusak, serta warnet mahal dengan koneksi internet lelet. Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'azhiim..

 
{Madinah, 20 September 2015 / 6 Dzulhijjah 1436 H}
Copyright @ Ahmad Bilal Almagribi
Mahasiswa Fakultas Syari'ah, Universitas Islam Madinah

Sumber http://www.santrinabawi.com/Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Posting Komentar untuk "Jalan ke Madinah 4 : Perjuangan Bertahan Hidup di Lombok"